Tiga dusun di Desa Labuhan Rasoki, Kecamatan Padangsidimpuan (Psp) Tenggara, Kota Psp dilanda banjir bandang akibat meluapnya Sungai Padang Sejati dan Kali Mati, Rabu (3/2) sekira pukul 05.10 WIB.
Terjangan air bercampur lumpur, kayu balok, dan pohon karet mengakibatkan 35 rumah warga rusak berat, puluhan rusak ringan, dan sekitar 60 hektare sawah rusak. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, kerugian material diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Kepala Desa Labuhan Rasoki, Rahmat Harahap kepada METRO di lokasi kejadian mengatakan, dini hari itu sekira pukul 02.00 sampai 04.30 WIB, terjadi hujan lebat. Subuh itu kebanyakan warga masih tertidur. Tiba-tiba sekira pukul 05.10 WIB, banjir bandang bercampur lumpur, balok, dan batu yang besar menghantam rumah penduduk dan sekitar 60 hektare tanaman padi yang telah memasuki masa panen.
Selain itu, ujarnya, harta benda sebagian warga hanyut dibawa air tanpa terselamatkan, seperti ternak warga yakni kambing sebanyak belasan ekor. Meluap air sungai Padang Sejati hingga ketinggian sekitar 3 meter, kemudian sungai Kali Mati naik hingga ketinggian 5 meter, dan anak Sungai Tangsi Manunggang sekitar 3 meter.
“Bencana alam ini sudah kita koordinasikan kepihak kecamatan. Dan kabarnya malam ini (Rabu, red), alat-alat berat seperti eskavator akan turun ke lokasi untuk membersihkan balok-balok dan bebatuan besar di perumahan warga. Kami mengimbau warga untuk sementara mengungsi ke lokasi-lokasi pengungsian yang telah sediakan pemerintah. Dan saat ini warga sudah mendapat bantuan seperti makanan berbentuk mie instan, roti, serta air mineral. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, hanya saja seluruh harta benda warga banyak yang tidak terselamatakan. Kami perkirakan kerugian ratusan juta rupiah,” sebutnya.
Ditambahkannya, hingga pukul 20.00 WIB, warga kesulitan mendapatkan air bersih, karena keruh bercampur lumpur.
Adapun dusun yang terkena banjir bandang yakni, Sidomulyo Lorong 2 Sidodadi dengan jumlah penduduk sekitar 180 Kepala Keluarga (KK). Pada umumnya di dusun ini kerusakan rumah hanya pada bagian dapur, karena persis di lorong ini sebagian rumah membelakangi anak sungai Tangsi Manunggang.
Kemudian Dusun Manunggang Jae. Sebanyak 35 KK rumah rusak total, di antaranya milik Sukiman, Junaidi, Supriyadi, Warno, Rusman, Iman, Samian, Katimun, dan lainnya yang masih didata. Sedangkan di Dusun Padang Sejati Lorong 2, dari sekitar 50 KK yang ada di dusun itu, sekitar 10 rumah warga mengalami kerusakan.
“Sekira pukul 04.30 WIB, saya terbangun akibat suara keras dari arah sungai. Kemudian saya keluar, tiba-tiba saya melihat di depan pintu balok-balok besar. Kemudian saya membanguni keluarga untuk mengungsi dari pintu belakang menuju perkebunan di belakang rumah. Peristiwa ini yang terbesar semenjak saya lahir,” ujar Kadus Padang Sejati, Rianto. Pantauan METRO, jembatan penghubung antara Dusun Manunggang Jae dan Padang Sejati baru bisa dilewati kendaraan sekira pukul 07.30 WIB, setelah satu meter air mulai susut dan balok-balok yang berada di badan jalan diangkut ke pinggir jalan. Camat Psp Tenggara, Khoirul Sobegeon mengatakan, sebagai langkah pertama, pihaknya akan menfokuskan untuk mengevakuasi warga yang terkena banjir ke tempat yang aman. Disamping itu, mendirikan tenda-tenda darurat.
Ratusan warga korban banjir bandang yang meluluh lantahkan dua Desa di Kota Padangsidimpuan Rabu (3/2) pagi, terancam kelaparan dan terserang berbagai penyakit. Pasalnya hingga hari kedua, bantuan penanganan bencana alam dari Pemko P.Sidimpuan belum diterima para korban.
“Kami belum menerima bantuan baik berupa makanan maupun obat-obatan dari Pemko P.Sidimpuan hingga hari kedua pasca banjir bandang, “ujar Jumanto (42) warga Desa Labuhan Rasoki Lorong Sidomulyo kepada Analisa di lokasi bencana, Kamis (4/2).
Dikatakan, untuk bertahan hidup para korban bencana banjir bandang di dua desa tersebut hanya mengandalkan sisa-sisa makanan yang masih ada ditambah dengan bantuan yang diberikan masyarakat yang merasa iba melihat kondisi yang dialami para korban.
“Untuk saat ini, kami masih mengandalkan makanan-makanan yang masih tersisa ditambah dengan bantuan makanan yang diberikan lembaga-lembaga sosial dan masyarakat yang berkunjung langsung kelokasi banjir, “ujarnya. Hal senada juga dikatakan, Iman (43) warga Desa Padang Silayu. “Untung kami masih memiliki sisa-sisa makanan , jika tidak entah bagaimana jadinya, “ujarnya dengan wajah penuh iba.
Diharapkannya, Pemko Padangsidimpuan melalui instansi terkait dapat segera menyalurkan bantuan berupa makanan dan obat-obatan karena memasuki hari kedua pasca banjir bandang bebaraop masyaraklat sudah mulai terserang berbagai penyakit seperti gatal-gatal dan diare.
“Tanpa bantuan makanan dan obat-obatan mustahil kami bisa bertahan hidup, sehingga kami mohon agar Pemko segera menyalurkan bantuan yang kami butuhkan, “terangnya.
Pantauan Analisa, ratusan korban banjir bandang itu ditampung disejumlah tenda-tenda yang didirikan dinas Sosial Pemko P. Sidimpuan, Polres P. Sidimpuan di lapangan rumput SMAN 8 yang berjarak sekitar 500 meter dari lokasi bencana.
Para korban banjir ini terkesan kurang mendapatkan perhatian berupa bantuan dan perawatan berarti dari Pemko P.Sidimpuan, malah pihak kepolisian dan TNI yang lebih condong antusia membantu para korban tersebut.
Sejak hari pertama bencana, pihak Polres P.Sidimpuan dan TNI sudah terjung langsung mengevakuasi para korban ke kawasan yang aman, hingga hari kedua mereka juga tetap antusias menyalurkan bantuan yang dibutuhkan para korban.
Aneh
Dari informasi diterima Analisa dilokasi bencana, ketidak tanggapan Pemko P.Sidimpuan menanggulangi bencana alam ini, diakibatkan tidak adanya titik kordinasi antara masing -masing instansi Pemko tersebut.
Parahnya Satkorlak Pemko yang tugasnya menangani bencana alam terkesan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. “Sepengetahuan saya kepengurusan Satkorlak Pemko tidak jelas, makanya jangan heran bila para pejabat yang turun langsung kelokasi kejadian bingung apa yang harus diperbuat, “ujar salah PNS yang enggan disebut namanya.
Untuk diketahui, dihari pertama bencana banjir bandang yang melululantahkan dua desa ini, hampir seluruh pejabat teras Pemko P.Sidimpuan terjuan langsung ke lokasi, namun mereka terkesan enggan mengotori sereagmnya dan lebih memilih memantau dari jauh tanpa ada instruksi yang jelas kepada para stafnya tentang apa yang harus dilakukan.
Lain halnya dengan Kapolres P. Sidimpuan AKBP Roni Bachtiar Arif beserta jajarannya seperti Kasat Reskrim AKP Iskandar AR, Kabag Binamitra Darwin dan para personilnya yang terjun langsung ke lokasi meski seluruh seragam dan badannya harus dikotori lumpur. Demkian juga para personil TNI yang juga terjun langsung mengevakuasi para korban, meski harus berjuang dikubangan lumpur yang menggenangi lokasi.
Sumber : apakabarsidimpuan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih komentarnya