10 Juni 2011

ETIKA DALAM KOMUNIKASI



Oleh : Bapak Purba Zainuddin Ahmad, S.Pd

Dalam melakukan percakapan/perbincangan/komunikasi dengan orang lain, secara jujur saya akui bahwa sebenarnya ada 2 (dua) prinsip yang saya pahami namun sangat berat rasanya untuk mengamalkannya, yaitu :

1.PEMBICARA;
Ketika saya berperan sebagai orang yang menyampaikan (Pembicara); saya selalu teringat dengan pernyataan yang berbunyi “Jangan engkau menyuruh orang untuk berbuat sesuatu, sementara engkau sendiri belum tentu melakukan seperti apa yang kamu perintahkan”.

Dengan meluangkan waktu sejenak, saya mencoba mengkaji diriku yang ternyata dalam keseharian hidupku sudah sangat terlalu banyak menyampaikan “ini” dan “itu” kepada orang yang ada disekelilingku, namun setelah ku-evaluasi melalui perenungan itu ternyata lebih banyak yang belum kuperbuat sepenuhnya....

Atas dasar hasil evaluasi yang kulakukan sendiri salah satu solusi yang terpikir olehku adalah lebih banyak Diam daripada Berbicara. Sebagaimana orang bijak berkata : Diam itu adalah Emas.

2.PENDENGAR;
ketika saya berperan sebagai orang yang mendengarkan (Pendengar); saya selalu teringat dengan pernyataan yang berbunyi “Perhatikanlah apa yang dikatakan (disampaikan) dan jangan perhatikan siapa yang mengatakan (pembicara)”.
Melalui perenungan yang kulakukan tercatat satu kesimpulan dalam diriku bahwa tidak ada alasan bagi diriku untuk tidak mendengar apa yang dibicarakan oleh orang lain dan aku tidak peduli dan tidak mau tahu siapa dan bagaimana sikap orang itu dalam kesehariannya.

Yang jelas dalam hidup ini, Tuhan menciptakan segala sesuatunya berpasang-pasangan, seperti : pria-wanita; siang-malam; pagi-sore; tinggi-rendah; panjang-pendek; kaya-miskin; sehat-sakit; hidup-mati dan tidak terkecuali apa yang keluar dari lisan seseorang juga 2 (dua) macam : baik-buruk.

Memang teori (non ilmiah) mengatakan bahwa sesuatu yang baik pasti akan mengeluarkan yang baik, dan sebaliknya sesuatu yang buruk pasti akan mengeluarkan yang buruk (tidak akan mungkin melahirkan yang baik). Namun kenyataan tidak sejalan dengan teori tersebut berdasarkan bukti sebagai berikut :

-Tidak sedikit ayah yang berprofesi sebagai pencuri menyampaikan kepada anaknya untuk tidak mencuri dalam hidupnya.

-Banyak orang tua pemabuk menyuruh anaknya untuk tidak meminum minuman yang merusak tubuh tersebut.

-Banyak orangtua yang tidak shalat menyuruh anaknya agar rajin ke mesjid dan membaca al-Qur’an.

-Tidak sedikit orangtua yang sangat benci terhadap judi dan sejenisnya, namun kenyataannya anaknya sendiri adalah agen togel di kampung sendiri.

-Tidak sedikit orangtua yang sangat benci dengan warung-warung maksiat, namun yang terjadi adalah anaknya sendiri buka warung maksiat di pinggir kampungnya sendiri.

-Cukup banyak orangtua yang menyampaikan contoh-contoh anak orang lain yang baik, berhasil, sukses dalam hidup, namun kenyataannya anaknya yang menjadi pendengar kebanyakan punya prestasi yang sebaliknya.

-Dan masih banyak lagi contoh kasus yang lain.....
Orang yang punya kebiasaan sebagai pembicara akan selalu mengatakan itulah pengaruh lingkungan dan rasanya dia tidak pernah mengkaji dirinya siapa dan punya perilaku seperti apa?...

Alangkah meruginya seorang anak tidak punya keinginan untuk mengerjakan apa yang di nasehatkan oleh orangtuanya. Padahal yang disampaikan itu adalah penuh dengan kebaikan dunia dan akhirat.

Kesimpulannya.. saya serahkan kepada anda ...........


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih komentarnya

SISWA/I BERPRESTASI SEMESTER GANJIL T.P 2011-2012

Peringatan Hari PGRI 25 Nopember 2011

Kunjungan Bupati Tapanuli Selatan

PROFIL 1